Awal berdirinya kabupaten Garut tidak lepas dari beberapa catatan sejarah yang berjalan dari masa ke masa. Banyak hal yang telah terjadi, seiring dengan perkembangannya. Kabupaten Garut yang kala itu belum berdiri sebelumnya merupakan Kabupaten Limbangan. Karena alasan produksi kopi yang terus menurun, akhirnya kabupaten ini dibubarkan oleh Deandels (Tahun 1811).
Asal mula nama Garut: Tempat yang dipilih sebagai Ibu Kota Limbangan yang menjadi cikal bakal nama Garut konon berawal dari penemuan sebuah telaga yang berada di daerah tersebut. Telaga ini dipenuhi oleh semak belukar berduri, dan ketika salah seorang rombongan utusan adipati yang ditemani oleh orang Belanda tergores "kakarut" oleh semak tersebut, orang Belanda bertanya mengapa berdarah, dan dia menjawab tangan saya "kakarut". Akhirnya sang Belanda dengan lidah yang tidak begitu fasih bengong dan mengukuti ucapan "kakarut" dengan nada "gagarut". Lambat laun, karena kejadian unik yang menjadi buah bibir para rombongan menyebabkan semak berduri tersebut populer dan diberi nama "Ki Garut", sedangkan telaga nya bernama "Ci Garut". Para penduduk yang mengetahui keberadaan telaga “Ci Garut” lebih populer menyebutnya dengan nama Garut. Singkat cerita, nama Garut diusulkan sebagai nama ibu kota, dan Adipati menyetujuinya (1813).
Singkat cerita, proses peresmian dan peletakan batu pertama dilaksanakan pada tabggal 15 September 1813, dan diikuti oleh pembangunan sarana dan prasarana pendukung sebagai sebuah pemerintahan yang berdiri sebdiri. Diperkirakan, pembangunan ini menghabiskan waktu selama 9 tahun (tahun 1813-1821). Setelah selesai, ibu kota Kabupaten Limbangan; Suci, secara total pindah ke Garut. Setelah 1 abad Kabupaten Limbangan dengan Ibu kota Garut memimpin, Gubernur Jendral Belanda membuat surat keputusan perubahan dan penggantian nama kabupaten Limbangan menjadi kabupaten Garut, dengan Ibu kota Garut.
Inilah sejarah berdirinya Kabupaten Garut, mulai dari perubahan dan pemindahan nama ibu kota sampai dengan proses perumusan sampai penetapan sebagai nama Kabupaten dengan ibu kota Garut.
Pemerintah Kabupaten Garut
Garut, sebagai sebuah kabupaten dipimpin oleh seorang bupati. Memiliki 42 kecamatan, 21 kelurahan, dan 403 desa yang tersebar hampir di seluruh wilayah.
Demografi Garut
Berdasarkan sensus tahun 2012, jumlah penduduk garut sekitar 2.445.911 jiwa, Mayoritas beragama Islam dan sebagian kecil beragama katolik, protestan, hindu, dan Budha. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia untuk kegiatan formal.
Transportasi Garut
Garut berada di antara jalur Jakarta-Bandung-Garut-Tasikmalaya. Terminal Guntur adalah terminal terbesar. Terdapat 3 stasiun kreta api, berada di daerah Malangbong, Cibatu, dan Leles. Sarana transportasi darat yang digunakan adalah sepeda, delman, sepeda motor, angkutan dalam kota, kecamatan, pedesaan, serta angkuta bus.
Hotel Bintang di Garut (
Bintang 1,
Bintang 2,
Bintang 3,
Bintang 4)
Hotel Augusta, Hotel Danau Dariza, Hotel Sabda Alam Resort, Hotel Tirta Gangga, Kampung Sumber Alam, Kampung Sampireun.
Hotel Melati di Garut (
Hotel Melati 1,
Melati 2,
Melati 3)
Adi Tirta Merta, Ajisaka, Amboina, Antralina, Anugrah, Aquarius, Banyu Arta, Barokah, Beni Mekar, Biasa, Bintang Redente, Centra Kencana, Cipanas Indah, Cipta Bela 1, Cipta Bela 2, Cipta Rasa, Citra Agung, Diaz, Eka Jaya, Empang Asri, Famili Ayu, Galunggung, Gayatri Guest House, Gelora Intan, Guntur, Hanjuang, Hegarmanah, Hotel Ahmada, Hotel Augusta, Hotel Danau Dariza, Hotel Sabda Alam Resort, Hotel Tirta Gangga, Irfan, Kampung Sampireun, Kampung Sumber Alam, Kondang Sari Hotel, Kota Baru, Kurnia Arta, Lembaga Education Centre (LEC), Lembur Kuring, Lestari, Lisda, Losmen Melat, Lugina, Lugina, Mitra, Nasional, Ngamplang, Nugraha, Panglayungan Endah, Paseban, Penginapan Darajat Pass, Pondok Asri, Pondok Assyifa, Pondok Banyu Kencana, Pondok Karang Asri, Pondok Layung Sari, Pondok Melati, Pondok Sari Papandayan, Pondok Wulandari, Purbasari, Pusaka, Puspa Sari, Putra Lugina, Putra Pusaka, Rachmat, Rahayu, Sarimbit (Cempaka), Sederhana, Setia, Stresta, Sukapura, Tarumanagara, Taurus Mustika, Tirta Alam II, Tirta Alam, Tirta Sari, Tirtamerta I, Tirtamerta II, Wirakalingga, Wisma Lapan, Wisma Pgri, Wisma Pkpn-Ri, Wisma Reks, Wisma Rengganis, Wisma Sasakadana
Curug Cimandi Racun, Arung Jeram Sungai Cikandang, Arung Jeram Sungai Cimanuk, Curug Cihanyawar, Curug Citiis, Curug Neglasari, Curug Orok, Curug Sanghyang Taraje, Golf Course Flamboyan, Gunung Guntur, Kampung Dukuh, Kawah Darajat, Kawah Papandayan, Leuweung Sancang, Makam Cinunuk, Makam Jafar Umar Sidik, Makam Kramat Gadog, Makam Linggaratu, Pantai Cijayana, Pantai Cijeruk Indah, Pantai Darmaga, Pantai Karang Paranje, Pantai Manulusu, Pantai Pasir Putih Gunung Geder, Pantai Rancabuaya, Pantai Santolo, Pantai Sayang Heulang, Paraglaiding Gn. Haruman, Perkebunan Teh Dayeuh Manggung, Situ Bagendit, Situ Ciburuy, Situ dan Candi Cangkuang, Talaga Bodas, Taman Rekreasi dan Kolam Renang Cipanas, Taman Satwa Cikembulan.
Tempat wisata ini kami bagi menjadi Wisata alam (Pantai, pegunungan, danau/situ, air terjun, cagar alam / hutan), kuliner, belanja, seni, sejarah, dan Budaya.
Makanan Khas
Burayot, Chocodot, Dodol Garut, Es Goyobod, Jeruk Garut, Kerupuk Kulit, Ladu Malangbong, Pindang Ikan, Sambal Cibiuk, dan Wajit.
Produk Khas
Barang-Barang Kulit, Batik Tulis, Dodol Garut, Kerajinan Akar Wangi, Kerajinan Bulu Unggas, Minyak, Akar Wangi, Minyak Cengkeh, Penyamakan Kulit, Sutera Alam, Boboko Samarang, Batu Hias Bungbulang.
Seni Tradisional
Dodombaan, Surak Ibra, Lais, Bangklung, Badeng, Debus, Gesrek, Handro, Pencak Ular, Cigawiran, Rengkong, Rudat.
Upacara Adat
Ngalungsur Jimat Karahayuan, Upacara 12 Mulud, Upacara 14 Mulud, Upacara ke Makam Karomah, Upacara Ngalungsur, Upacara Seba.
Pemukiman Tradisional
Kampung Dukuh, Kampung Pulo.
Tokoh Bersejarah
Anwar Musaddad, Aruji Kartawinata, H. Hasan Arif, KH Yusuf Tauziri, Lasminingrat, Mustapa Kamil, RAA Wiratanudatar VII, RH Muhammad Musa.
Peristiwa Sejarah
Peristiwa Cimareme, Peristiwa Leuwigoong, Pertempuran Kubang.
Bangunan bersejarah
SDN Regol VII dan X, Vihara Dharma Bakti.
Cagar Budaya
Candi Cangkuang, Makam Jafar Umar Sidik, Makam Keramat Godog, Makam Keramat Cinunuk, Makam Kuno Dalem Arif, Makam Linggaratu, Situs Kabuyutan Ciburuy, Makam Prabu Geusan Ulun.
Temuan Arkeologi Garut
Batu Pipisan dan Gandhik, Prasasti Batu Tulis Barukai, Punden Berundak Pasir Lulumpang.
Senjata
Garut, sebagai bagian dari wilayah Jawa Barat dengan penduduk asli suku Sunda memiliki senjata utama "Kujang" yang menjadi kebanggaan.
Benda Pusaka
Al Quran Prabu Kiansantang, Al-Quran dari Kulit Seah, Badi, Badi Embah Duhung 1, Badi Embah Duhung 2, Cameti, Congkrang, Cupu, Cupu Manik Astagina, Golok Prabu Kiansantang, Golok Salam Nunggal, Goong Prabu Kiansantang, Keleneng (Genta), Keris 11 Eluk Rambut Cacing, Keris 5 Eluk Naga Pesona, Keris 7 Eluk Naga Musakti, Keris 7 Eluk Wala Sangsang, Keris 9 Eluk Sanga Buana, Keris Gagak Lumayung, Keris Gagak Lumejang, Keris Manik Gumilang, Keris Tumbak, Kujang, Mata Tumbak, Mata Uang Cina, Naskah Kitab Jumat peninggalan Arif Muhammad, Naskah Kitab Tasauf Makrifat Handalam, Naskah Kuno Terpanjang, Naskah Sunda Kuno Daun Lontar dan Nipah, Pedang Kamkam, Pedang Kiansantang, Pedang Pengawal Kiansantang, Pedang Sakawayana, Pelana Kuda Prabu Kiansantang, Tali Bandang, Wadah Cai.
Naskah Kuno
Ahmad Muhamad, Babad Godog, Babad Limbangan, Batara Kala, Danumaya, Galonggong, Kitab Etangan, Kumpulan Do'a, Jampe dan Silsilah, Layang Buana Wisesa, Layang Muslimin Muslimat, Ogin Amarsakti, Rawi Nabi, Sajarah Sukapura, Sajarah Turunan Timbanganten, Samaun, Sejarah Batuwangi, Sulanjana, Suryakanta, Suryaningrat, Umar Maya, Walangsungsang.
Cerita Rakyat
Asal Mula Nama Garut, Asal Mula Situ Bagendit, Asal Usul Daerah Cipanas Tarogong, Asal Usul Daerah Nangka Pait, Babad Limbangan, Curug orok, Pasar Ceplak, Prabu Kian Santang, Prabu Kiansantang, Prabu Siliwangi, Prabu Siliwangi
Permainan Rakyat
Aneka Permainan Tradisional Anak-Anak, Dodombaan, Galah, Gatrik, Ketangkasan Laga Domba, Ngadu Muncang, Sigug.